Jaga Fitrah Anak Agar Tak Tergerus di Era Disrupsi!
Perkembangan teknologi informasi, meskipun di satu sisi memberi banyak manfaat, di sisi lain menimbulkan problematika yang sangat pelik. Problematika ini menciptakan sebuah era yang disebut sebagai era disrupsi. Di era ini, semua orang bisa membagikan konten di media sosial, dan seringkali sama sekali tanpa editorial. Ini sangat berbahaya.
Seburuk-buruk media mainstream, masih ada editorial. Editorial media mainstream tentu tak selalu menghadirkan konten yang baik dan berimbang, "Namun setidaknya, kalau ada konten yang tidak layak, kita bisa memprotes media mainstream. Ada aturan jelas yang mengikat media mainstream untuk tidak sembarang menyebarkan konten. Ini sulit dilakukan saat terjadi di media sosial, di mana semua orang bisa menyebarkan informasi tanpa filter," ujar Cahyadi Takariawan, seorang penulis produktif, pembicara publik, pegiat dan pakar parenting ternama.
Selain itu, berbagai macam permasalahan yang lain, seperti bullying, maraknya hoax, hingga terkoyak moyaknya adab dan kesantunan, setiap hari sangat mudah kita lihat di mana-mana. Banyak orang kehilangan kepekaan, menjadikan hal-hal yang tidak sepatutnya di-share sebagai lelucon yang justru viral di masyarakat.
Untuk itu, pria yang akrab dipanggil sebagai "Pak Cah" itu mengajak semua pihak untuk berkolaborasi menjaga anak agar terhindar dari problematika yang muncul di era disrupsi. Salah satu cara agar generasi muda kita terhindar dari kerusakan, adalah menjaga agar si anak tetap dalam fitrahnya. Dalam sebuah hadist, Rasulullah menyebutkan bahwa semua anak terlahir dalam kondisi fitrah, tetapi orangtua dan lingkunganlah yang menjadikannya tetap dalam fitrah Islam, atau menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusy.
"Mendidik anak adalah investasi akhirat, karena anak yang shalih akan memberikan kebaikan kepada orangtuanya," kata Pak Cah. Menurut Pak Cah, saat ini banyak kalangan yang protes dengan istilah "anak adalah investasi". Jika investasi tersebut dimaknai sebagai menjadikan anak sebagai sapi perahan, tentu salah. Tetapi yang dimaksud dengan investasi ini adalah efek dari keshalihan anak yang akan terus memberikan kebaikan, meski orang tua telah wafat.
Pendidikan anak yang paling utama, adalah menjaga anak agar tetap dalam fitrahnya. Proses parenting perlu dilakukan di sepanjang usia tumbuh kembang anak, dengan melibatkan peran imbang ayah dan ibu. "Ayah adalah simbol kendali, ibu adalah simbol kasih sayang. Sejauh apapun anak berlari, asal kendali ayah kuat, maka tak masalah, karena anak pasti akan kembali."
Cahyadi Takariawan hadir menjadi pembicara dalam Seminar Parenting yang diselenggarakan oleh SDIT Nurhidayah, kota Surakarta. Acara yang dihadiri oleh sekitar 600 peserta ini berlangsung di Hotel Sunan, Surakarta, mulai dari jam 08.00 hingga 12.00. Para peserta tampak menyimak acara tersebut dengan antusias.