Indahnya Kisah Aisyah, Istri Rasulullah Nan Cerdas, Mulia Namun Sederhana


Suatu hari ada seorang miskin yang datang kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha. Diapun memberinya sedekah. Tetapi diam-diam menyuruh Barirah (pembantu Aisyah) untuk melihat apa yang dilakukan orang miskin itu.

Mengetahuinya, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepada istrinya itu, “Janganlah engkau menghitung-hitung (pemberianmu) sehingga engkau nanti juga akan dihitung.”
Pada kesempatan lain, beliau bersabda, “Wahai Aisyah, lindungilah dirimu dari neraka walaupun dengan sebiji kurma, karena ia dapat mencukupi orang yang lapar seperti halnya ia mencukupi orang yang kenyang.”

Aisyah juga pernah mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berdoa, “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang miskin pada hari kiamat kelak.”

Maka bertanyalah dia, “Mengapa engkau berdoa seperti itu, Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena mereka akan lebih dulu masuk surga sekitar 40 musim gugur sebelum orang-orang kaya, wahai Aisyah! Janganlah engkau menolak orang-orang miskin dan dekatilah mereka, niscaya Allah akan mendekatkan engkau kepada-Nya pada hari kiamat.”

Sebelum sakit, Rasulullah pernah meninggalkan sekeping emas di tangan Aisyah. Saat sakit menderanya kemudian, beliau teringat akan hal tersebut sehingga bertanya, “Wahai Aisyah, apa yang kau lakukan dengan emas itu?”

Aisyah pun segera membawa emas tersebut ke hadapan beliau. Rasulullah lalu membolak-balik emas itu seraya bergumam, “Apa yang harus dikatakan Muhammad kepada Allah andai dia menghadap kepada-Nya, sedangkan emas ini masih di tangannya? Segeralah nafkahkan emas ini!” Maka, Aisyah segera pergi untuk memberikan emas tersebut kepada orang yang membutuhkan.

Aisyah sadhiyallahu ‘anha menceritakan kehidupannya sehari-hari kepada kita. Dia menuturkan, “Keluarga Muhammad tidak pernah merasa kenyang dengan roti gandum yang berlauk selama tiga hari, demikianlah yang terjadi sampai beliau menghadap Allah.”

Setelah kekuasaan Islam semakin luas, penaklukkan banyak dilakukan, mengalirlah harta dan kekayaan ke kas negara dari wilayah timur dan barat. Harta kekayaan kas negara tak ternilai jumlahnya, tetapi di rumah Aisyah sama sekali tidak ada makanan pada hari di mana Rasulullah wafat.

Begitulah Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan kehidupannya bersama kekasih Allah. Hidup sederhana yang diajarkan Rasulullah, menggambarkan bahwa harta yang diberikan Allah tidak selalu menjadi hak kita. Bahwa pada harta tersebut terdapat hak orang lain. Artinya, jangan pernah ragu untuk memberikan harta kita kepada orang yang membutuhkan dan untuk fasilitas dalam mensyiarkan Islam.

Penulis: Puteri Iras
Disarikan dari buku 'Aisyah ra. The Greatest Woman in Islam karya Sulaiman an-Nadawi

Subscribe to receive free email updates: