Perang Uhud, Cermin Menawan Pribadi Rasulullah SAW #Bagian2

Oleh Dra. S. Surati (Staf BPKK DPD PKS Kota Surakarta)

Perang Uhud Pecah 

Persiapan pasukan perang Musyrikin Mekah yang ingin menyerang Nabi Muhamad dan muslimin Madinah telah matang. Sekarang mereka bersiap berangkat menuju Madinah.

Pasukan Qurasiy terdiri 3 brigade. Brigade terbesar dipimpin oleh Talha bin Abi Talha terdiri atas 3000 orang. Semua perlengkapan dan senjata tidak sedikit yang mereka bawa, dengan 200 pasukan berkuda dan 3000 unta, yang di antaranya 700 orang berbaju besi.

Sementara itu ‘Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad yang tinggal di Mekah, dengan teliti dan saksama memerhatikan semua kejadian di tengah kaumnya itu yang bersiap menyerang keponakannya di Madinah. Ia kemudian menuliskan surat untuk keponakannya, Nabi Muhammad yang menggambarkan segala tindakan, persiapan, dan perlengkapan yang demikian besar dari pasukan Musrikin Mekah. Surat itu diserahkan kepada seorang dari kabilah Ghifar untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.

Orang dari Ghifar yang diutus oleh ‘Abbas bin Abdul Muthalib membawa surat itu telah sampai di Madinah dan menyampaikan surat itu ke Nabi Muhammad. Kemudian, Nabi Muhammad meminta Ubay bin Ka’ab membacakan surat tersebut dan setelah itu meminta supaya merahasiakan isi surat itu .
Rasulullah segara mengumpulkan kaum muslimin untuk diajak bermusyawarah, apakah bertahan di Madinah atau menyongsong musuh di luar kota Madinah. Pendapat mereka terpecah menjadi dua. Abdullah bin Ubay bin Salul mendukung pendapat Nabi untuk bertahan di Madinah. Pendapat ini merupakan pendapat terbesar sahabat. Sahabat Rasulullah baik kaum Muhajirin maupun Anshor.

Akan tetapi. Para pemuda berpendapat lain. Mereka bersemangat keluar kota, menyongsong musuh di luar Madinah. Pada penentuan terakhir, suara terbanyak pada pihak yang akan menyerang dan menghadapi musuh di luar kota. Nabi Muhammad berkata kepada mereka, “Saya khawatir kamu akan kalah.” Tetapi, Rasulullah tetap mengikuti suara terbanyak dalam musyawarah.

Rasulullah bersiap-siap dan keluar sudah memakai baju besi dan mengenakan pedangnya. Tiba-tiba para pemuda dan tokoh yang mengusulkan perang di luar Madinah mendatangi Rasulullah, salah seorang berkata” Rasulullah, bukan maksud kami hendak menentang Tuan. Lakukanlah apa yang Tuan kehendaki. Juga kami tidak bermaksud memaksa Tuan. Soalnya pada Tuhan, kemudian pada Tuan.”

“Ke dalam pembicaraan yang semacam inilah saya ajak Tuan-Tuan, tapi Tuan-Tuan menolak,” kata Nabi Muhammad. Tidak layak bagi seorang Nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan menanggalkannya kembali, sebelum Tuhan memberikan putusan antara dirinya dengan musuhnya. Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian dan ikuti. Atas ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu.”

  Kaum muslimin berangkat menuju Uhud pagi-pagi sekali. Sampai di tempat yang dituju Rasulullah kemudian mengatur barisan. Lima puluh orang barisan pemanah ditempatkan di lereng-lereng, dan kepada mereka diperintahkan,

“Lindungi kami dari belakang sebab kita khawatir mereka akan mendatangi kami dari belakang. Dan bertahanlah kamu di tempat itu, jangan ditinggalkan. Kalau kamu melihat kami dapat menghancurkan mereka sehingga kami memasuki pertahanan mereka, kamu jangan meninggalkan tempat kamu. Dan jika kamu lihat kami yang diserang jangan pula kami dibantu, juga jangan kami dipertahankan. Tetapi tugasmu ialah menghujani mereka dengan panah sebab dengan serangan panah kuda itu takkan dapat maju.”

Sementara itu pasukan Quraisy juga sudah menyusun barisan sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri dipimpin oleh Ikrima bin Abi Jahal. Bendera diserahkan kepada Abdul ‘Uzza Talha bin Abi Talha. Wanita-wanita Quraisy sambil memukul tambur dan genderang, mereka berjalan di tengah-tengah barisan itu. Kadang-kadang mereka di depan barisan, kadang-kadang di belakangnya. Mereka dipimpin oleh Hindun Utba, istri Abu Sufyan, seraya berteriak-teriak menyemangati.
Perang di padang bukit Uhud itu pun pecah. Dua barisan bertemu. Sayap kiri Quraisy pimpinan Ikrima terpukul mundur dan lari tunggang langgang.

Duel satu lawan satu pun terjadi. Talha bin Abi Talha yang membawa bendera Quraisy dihadapi Ali bin Abi Thalib. Dengan satu pukulan, Talha bin Abi Talha pun mati. Nabi lega dengan hal itu. Kaum muslimin pun bertakbir.

Abu Dujana, yang waktu itu diberi kepercayaan Rasulullah memegang pedang beliau, terjun ke depan pasukan Qurasiy. Ia membunuh setiap orang yang dijumpainya. Barisan orang-orang Musyrik pun menjadi kacau balau.

Berturut-turut pembawa bendera dari Qurasiy yang tewas dalam perang Uhud 9 orang dan yang terakhir adalah Shu’ab, orang Abi Sinia, budak Bany Abdu Dar. Ia pun tewas pula dalam pertempuran itu.

Kemenangan saat itu ditangan kaum muslimin, pasukan yang terdiri 700 orang menghadapi 3000 orang dari Qurasiy.

Sekarang kaum muslimin mulai memperebutkan rampasan perang. Betapa banyak jumlah rampasan perang itu! Hal itu yang membuat mereka lupa untuk mengejar terus jejak musuh karena sudah mengharapkan kekayaan duniawi.

Tentara muslimin yang saling memperebutkan rampasan perang itu, terlihat oleh pasukan pemanah yang oleh Rasulullah diminta jangan meninggalkan tempat di Gunung Uhud itu sekalipun mereka melihat kawan-kawannya diserang.

Pasukan pemanah itu tergiur ingin pula mengambil harta rampasan perang. Akan tetapi, salah seorang dari regu pemanah itu berseru,

“Bukanlah Rasulullah sudah berpesan jangan meninggalkan tempat kita ini? Sekalipun kami diserang janganlah kami dibantu.”

Lalu mereka berselisih. Abdullah  bin Zubair mengingatkan mereka agar mereka jangan melanggar perintah Rasul. Namun, sebagian besar regu pemanah tidak patuh pada seruan Abdullah bin Zubair. Mereka turun dan memperebutkan harta rampasan perang yang masih tinggal di tempatnya semua hanya sedikit, sekitar 10 orang saja.

Ketika kaum muslimin memperebutkan rampasan perang, Khalid bin Walid, sebagai komandan kavaleri Quraisy, mengerahkan pasukannya ke tempat barisan pemanah di atas gunung, yang dekat dengan posisi Rasulullah.

Tindakan Khalid bin Walid ini tidak disadari oleh kaum muslimin. Di sinilah giliran bencana itu berbalik. Ketika Khalid bin Walid berseru sekuat-kuatnya bahwa ia pada posisi mendekat gunung, ke pasukan pemanah yang tinggal sedikit jumlahnya dan mendekat ke Rasulullah, muslimin baru tersadar bahwa perang belum usai dan Rasulullah pada kondisi yang berbahaya dalam kepungan musuh.

Kaum muslimin yang sedang memperebutkan rampasan perang itu segera membuang apa-apa yang ada di tangan dan mencabut pedang hendak bertempur lagi.

Akan tetapi, sayang sekali. Barisan muslimin sudah bercerai berai. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pimpinan yang kuat dan teguh & berjuang dengan perintah Allah untuk mempertahankan iman, kini berjuang tanpa pimpinan lagi dan berjuang karena hendak menyelamatkan diri cengkeraman maut.

BERSAMBUNG ke Bagian 3 >>

Perang Uhud, Cermin Menawan Pribadi Rasulullah SAW #Bagian1
Perang Uhud, Cermin Menawan Pribadi Rasulullah SAW #Bagian2
Perang Uhud, Cermin Menawan Pribadi Rasulullah SAW #Bagian3




Subscribe to receive free email updates: